NAMA : Anisah
NIM : RRA1C110018
MAKUL
: KIMIA BAHAN ALAM
KREDIT : 2 SKS
DOSEN : Dr.Syamsurizal, M.Si
HARI/TGL
: 10 Desember 2013
1. Cari
di artikel tentang tehnik identifikasi dari suatu senyawa terpenoid? Mengapa dengan reagen tersebut tidak cocok untuk mengidentifikasi
golongan lain seperti flavonoid, alkaloid atau fenolik lain? Nama artikel,
almat web, dasar artikel
2. Dengan
cara yang sama cari tehnik isolasi tentang senyawa terpenoid, jelaskan dasar ilmiah
penggunaan pelarut dan tehnik-tehnik isolasi dan purifikasi. Misalnya dengan pelarut etanol dilakukan kromatografi.
3. Pelajari
cara biosintesis suatu terpenoid. Identifikasilah sekurang-kurangnya lima jenis
reaksi organic yang terkait dengan biosintesis tersebut dan jelaskan reaksinya?
4. Salah
satu bioaktivitas terpenoid berhubungan dengan hormone laki-laki dan perempuan,
jelaskan gugus fungsi yang mungkin berperan sebagai hormone baik pada
testosterone dan estrogen. Misalnya pada hormone testosterone itu yang paling
aktif??
JAWAB :
1.
Cari di artikel tentang
tehnik identifikasi dari suatu senyawa terpenoid? Mengapa dengan reagen tersebut tidak cocok untuk
mengidentifikasi golongan lain seperti flavonoid, alkaloid atau fenolik lain?
Nama artikel, almat web, dasar artikel
JAWAB :
ARTIKEL IDENTIFIKASI SENYAWA TERPENOID YANG AKTIF ANTIBAKTERI PADA HERBA
MENIRAN
Dua cara yaitu :
1. Sokletasi
Seberat
1000 g serbuk kering herba meniran disokletasi dengan 5 L pelarut
n – heksana. Ekstrak n -heksana dipekatkan lalu disabunkan
dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia
dan uji aktivitas antibakteri.
2. Maserasi
Seberat
1000 g serbuk kering herba meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol.
Ekstrak metanol dipekatkan lalu dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil
hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n – heksana.
Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas
antibakteri.
Uji
aktivitas antibakteri
Ekstrak n-heksanaa
diuji aktivitasnya terhadap bakteri Eschericia colidan Staphyloccocus
aureus dengan tahap– tahap sebagai berikut :
1. Diambil
sebanyak satu koloni biakan bakteri Eschericia coli dengan menggunkan jarum ose yang dilakukan secara aseptis.
2. Dimasukkan
ke dalam tabung yang berisi 2 mL Mueller-Hinton broth kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 35ºC .
3.
Suspensi bakteri homogen yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan
media Mueller Hinton agar, secara merata dengan menggunakan lidi kapas yang
steril.
4.
Kemudian ditempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta
pelarutnya
(n-heksana)
yang digunakan sebagai kontrol.
5. Lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC
6.
Dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap bakteri.7.
7. Untuk
biakan bakteri Staphyloccocus aureus dilakukan
dengan cara yang sama sepertibiakan bakteri Eschericia coli, namun suhunya berbeda yaitu pada suhu 37ºC.
Ekstrak
yang positif terpenoid dan paling aktif antibakteri dipisahkan mengunakan
kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak kloroform :
metanol (3:7).Fraksi-fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom diuji
fitokimia dan uji aktivitas antibakteri. Fraksi yang positif terpenoid dan
paling aktif antibakteri dilanjutkan ke taha
1.pemurnian
menggunakan kromatograi lapis tipis.
2.Isolat
yang relatif murni selanjutnya diidentifikasi menggunakan kromatogafi
gas–spektroskopi massa
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
ekstraksi dengan cara sokletasi dan maserasi menunjukkan bahwa
ekstrak n-heksana pada kedua cara tersebut positif mengandung senyawa
terpenoid. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya warna ungu setelah
ekstrak n-heksana direaksikan dengan Pereaksi Lieberman Burchard. Hasil uji aktivitas
antibakteri terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi memberikan daya
hambat yang lebih besar dibandingkan ekstrak n-heksana hasil
maserasi.Terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi dipisahkan mengunakan
kromatografi kolom menghasilkan tiga buah fraksi yang dipaparkan pada Tabel 1
No
|
fraksi
|
Jumlah
noda
|
Rf
|
Warna
ekstrak
|
1
|
A
(1-27)
|
1
|
0,725
|
Kuning
|
2
|
B(28-33)
|
2
|
0,690
dan 0,600
|
Kuning
muda
|
3
|
C
(34-)
|
1
|
0,580
|
kuning
|
Hasil
uji fitokimia menunjukkan bahwa fraksi A dan fraksi C positif terpenoid
yaitumemberikan warna merah muda (positif diterpenoid) pada fraksi A dan warna
ungu muda(positif triterpenoid) pada fraksi C setelah direaksikan dengan pereksi Lieberman-Burchard.
Nama
fraksi
|
Warna
larutansebelum direaksikandengan pereaksiLieberman-Burchard
|
Warna
larutansesudah direaksikandengan pereaksiLieberman-
Burchard
|
Keterangan
|
Fraksi
A
|
Kuning
muda
|
Merah
muda
|
Positif
terpenoid (diterpenoid)
|
Fraksi
B
|
Kuning
muda
|
Hijau
kebiruan
|
Negatif
terpenoid (steroid)
|
Fraksi
C
|
Kuning
|
Ungu
muda
|
Positif
terpenoid (triterpenoid)
|
Reagen Lieberman
Burchard ini biasa digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu kolesterol. Biasanya reagen
Lieberman Burchard digunakan dengan cara menyemprotkan larutannya pada
kolesterol yang sudah di-kromatografi-kan (TLC). Apabila mengandung
Triterpenoid, maka akan memberikan warna merah sedangkan apabila mengandung
Steroid, akan memberikan warna biru dan hijau. Reagen Lieberman Burchard dibuat
dari Asam sulfat pekat (10 mL) dan Anhidrida Asetat (10 mL). Metanol dan Etanol
dapat digunakan untuk melarutkan sampel yang akan diidentifikasi.
Mengapa dengan reagen Lieberman
Burchard tidak cocok untuk mengidentifikasi golongan lain seperti
flavonoid, alkaloid
Pembahasan
MISAL PADA
ARTIKEL KE-2
Identifikasi Senyawa Alkaloid, Flavonoid, Terpenoid,
Saponin Pada Daun Rambutan
1.
Identifikasi Alkaloid
Pada
identifikasi alkaloid ini digunakan metoda Culvenor – Fitzgerald. Filtrat
yang diperoleh dengan cara marajang halus dan menggerus sampel dalam lumpang
kemudian ditambahkan amoniak – kloroform 0,05 N, larutan H2SO4
diuji dengan beberapa pereaksi. Berdasakan data yang diperoleh, diketahui bahwa
daun ketela pohon mengandung alkaloid. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
endapan putih keruh ke filtrat direaksikan dengan pereaksi Mayer. Hal ini
sesuai dengan literatur yang ada. Pada identifikasi alkaloid ini tidak hanya
pereaksi Mayer yang digunakan sebagai pereaksi, tapi masih ada pereaksi lain
yang digunakan yaitu pereaksi Wagner yang ditandai dengan adanya endapan coklat
dan selanjutnya pereaksi Dragendorf ditandai dengan adanya endapan orange.
Namun, setelah percobaan ternyata daun ketela pohon bereaksi positif dengan
pereaksi Mayer terbukti dengan adanya endapan putih keruh.
2.
Identifikasi Flavonoid
Pada identifikasi flavonoid, sampel juga dirajang
halus kemudian di ekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Ketika
pada penambahan berikutnya yaitu penambahan beberapa tetes asam klorida dan
sedikit serbuk Mg terjadi perubahan warna menjadi kuning. Hal ini menunjukkan
bahwa daun ketela pohon mengandung flavonoid karena terbukti pada percobaan
daun ketela pohon terdapat warna kuning. Flavonoid mempunyai banyak fungsi
seperti : sebagai pigmen warna, funsi fisiologi dan patologi, fungsi
farmakologi dan flavonoid dalam makanan, antiflamasi, antikanker,
antifertilitas, antiviral, anidiabetes, antidepresant, diuretik dll.
3.
Identifikasi terpenoid
Pada identifikasi
terpenoid, lapisan kloroform yang
diperoleh pada uji alkaloid ditempatkan pada plat tetes dan dikeringkan. Kemudian
ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Pada percobaan diperoleh
warna merah jingga / ungu pada plat tetes. Hal ini, menunjukkan bahwa ketela
pohon mengandung terpenoid
4.
Identifikasi Saponin
Pada identifikasi saponin, dilakukan dengan
menggunakan sampel yang telah dikeringkan untuk kemudian dihaluskan. Lalu
ditambahkan dengan air suling dan dididihkan selama 2 – 3 menit. Lalu
didinginkan, setelah dingin di kocok kuat – kuat. Pada pengocokkan yang
dilakukan terbentuk busa. Hasil poisitif karena adanya busa stabil selama 5
menit.
Dari beberapa percobaan
yang dilakukan diatas maka di simpulkan bahwa Reagen Lieberman
Burchard tidak cock untuk golongan yang
lain misalnya alkoloid, flavonoid dan lain-lain, karena Reagen
Lieberman Burchard disini jelas bahwa dibuat dengan menggunakan
asam sulfat pekat sehingga menghasilkan terpenoid.
Dari mengidentifikasi
golongan lain seperti flavonoid, alkaloid
diatas bahwa asam sulfat pekat
berperan penting dalam reaksi pembuatan senyawa terpenoid untuk menghasilkan
senyawa terpenoid yang akan berubah warna
merah ini menunjukan bahwa
mengandung senyawa terpenoid.
2.) Dengan cara yang
sama cari tehnik isolasi tentang senyawa terpenoid, jelaskan dasar ilmiah penggunaan
pelarut dan tehnik-tehnik isolasi dan purifikasi. Misalnya dengan pelarut etanol dilakukan kromatografi.
JAWAB :
ISOLASI
DAN IDENTIFIKASI TERPENOID
Ekstraksi
senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melaluisokletasi dan
maserasi. Sekletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi padaserbuk
kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam
50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana
dikentalkan lalu di uji fitokimia dan uji
aktifitas bakteri. Teknik maserasi menggunakan pelarutmethanol. Ekstrak
methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL
n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu
disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji
aaktivitas bakteridilakukan dengan
pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yangdilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi 2mLMeller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri
homogen selama 24 jam padasuhu 35°C.suspensi baketri homogeny yang telah
diinkubasi siap dioleskan padapermukaan media Mueller-Hinton agar secara merata
dengan menggunakan lidikapas yang steril.
Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan
sebagai kontrol. Lalu diinkubasiselama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan
pengukuran daya hambat zat terhadap baketri.
Uji
fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard.
Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setatanhidrat dan
asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalahuntuk
membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetildidalam
kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongansenyawa
ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalahtidak
mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air makaasam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam
asetat sebelum reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk.
3.) Pelajari cara biosintesis
suatu terpenoid. Identifikasilah sekurang-kurangnya lima jenis reaksi organic yang
terkait dengan biosintesis tersebut dan jelaskan reaksinya?
JAWAB :
biosintesis dari terpenoid dengan terjadinya tiga reaksi
dasar yaitu (Lenny, 2006):
1. Pembentukan
isopren aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat
2. Terpenoid
merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang besar dalam produk
alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang bergandengan dalam model
kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan unit isoprena diturunkan dari
metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat (mevalonic acid : MVA).
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:
3. Penggabungan
kepala dan ekor dua unit isopren akan membentuk monoseskui-, di-, sester- dan
poli-terpenoid.
4. Penggabungan
ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Senyawa terpenoid terdapat hampir diseluruh jenis
tumbuhan dan penyebarannya juga hampir semua bagian (jaringan) tumbuhan mulai
dari akar, batang dan kulit bunga, buah dan yang paling banyak adalah daun.
Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau
lebih unit C-5 yang disebut unit isopren. Unit C-5 ini dinamakan demikian
karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Bahkan beberapa batang
dan eksudat (getah atau dammar) tumbuhan juga mengandung terpenoid. Kerangka
dasar dari terpenoid adalah merupakan gabungan (bukan polimer) dari isoprene
yang dikenal sebagai aturan isoprene dengan struktur sebagai berikut :
Isopren Unit Isopren
Terpenoid dapat merupakan gabungan kombinasi bagian
isoprene tersebut yaitu kepala – ekor, kepala – kepala, ekor – ekor, kepala –
ketiak dan seterusnya. Dalam tumbuhan, sesungguhnya tidak pernah di dapatkan
unit isoprene bebas sebagai precursor tetapi dalam bentuk isoprene pirifosfart
dengan struktur : CH2=CH(CH3)-CH2-CH2-OPP. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah
menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa
tersebut; dua (C10), tiga (C15), empat (C20), enam (C30), atau delapan (C40)
satuan. Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen
minyak atsiri, yaitu monoterpena dan seskuiterpena yang mudah menguap (C10 dan
C15), diterpena yang lebih sukar menguap (C20), sampai ke senyawa yang tidak
menguap, yaitu triterpena dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40).
Setiap golongan terpenoid itu seperti yang terdapat pada Penggolongan isoprene
adalah berdasarkan jumlah isoprene yang menyusun terpenoid tersebut seperti
tabel:
Unit isoprena Jumlah karbon
Struktur terpenoid juga beragam yaitu: rantai terbuka,
monosiklik dan polisiklik serta mempunyai gugus fungsi yang beragam pula.
Berikut ini adalah pengelompokkan terpenoid yang lebih umum ditinjau
berdasarkan aspek fitokimia (kimia tumbuhan ) dan kemotaksonomi yaitu tumbuhan
yang speciesnya sama, maka kandungan kimianyapun pada umumnya sama
Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah bagian terbesar dari terpenoid
dan tertersebar hampir diseluruh bagaian (jaringan) tumbuhan. Cara pengambilan
minyak atsiri adalah dengan cara penyulingan uap dari jaringan tumbuhan. Minyak
adalah pemberi aroma khas dari tumbuhan penghasil minyak atsiri tersebut. Suku
tumbuhan penghasil minyak atsiri adalah Compositae seperti Matricaria, Labiatae
seperti Menta, Myrtaceae, Eucalyptus, Pinaceae seperti pinus, Rosaceae seperti
bunga mawar, Rutaceae seperti Citrus dan Umbellifereceae sperti Pimpinella
anisum, Carvum carvi dan lain – lain. Berikut ini adalah beberapa komponen
terpenoid dari minyak atsiri
1. Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa "essence"
dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unit isopren atau dengan
jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah
diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan binatang
jenis vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui.
Menurut J.B Harbone (1987), monoterpenoid dapat dipilah menjadi tiga
golongan, bergantung pada apakah struktur kimianya asiklik (misalnya geraniol),
monosiklik (misalnya limonena), atau bisiklik (misalnya α - pinena). Dalam
setiap golongan, monoterpenoid dapat berupa hidrokarbon tak jenuh (misalnya
limonena) atau dapat mempunyai gugus fungsi dan berupa alkohol (misalnya
mentol), aldehida, atau keton (misalnya; menton, karvon).
Struktur dari senyawa monoterpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan
dari 38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar penyusunannya
tetap sebagai penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isopren. struktur
monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup atau siklik senyawa
monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolotik
dan sedatif. Disamping itu monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum dan ini merupakan senyawa
komersial yang banyak diperdagangkan.
Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalol dari yang satu
menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol
ini, yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi
reaksi-reaksi sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi
menjadi sitral dan oksidasi-reduksi menghasilkan sitronelal. Perubahan GPP in
vivo menjadi senyawa-senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetik disebabkan
oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder.
Seperti senyawa organik bahan alam lainnya, monoterpenoida mempunyai
kerangka karbon yang banyak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur
merupakan salah satu bagian yang penting. Penetapan struktur monoterpenoida
mengikuti suatu sistematika tertentu yang dimulai dengan penetapan jenis
kerangka karbon. Jenis kerangka karbon Suatu monoterpen monosiklik antara lain
dapat ditetapkan oleh rekasi dehidrogenasi menjasi suatu senyawa aromatik
(aromatisasi). Penetapan struktur selanjutnya ialah menetukan letak atau posisi
gugus fungsi dari senyawa yang bersangkutan didalam kerangka karbon tersebut.
Posisi gugus fungsi dapat diketahui berdasarkan penguraian oksidatif. Cara lain
adalah mengubah senyawa yang bersangkutan oleh reaksi-reaksi tertentu menjadi
senyawa lain yang telah diketaui strukturnya. Dengan kata lain, saling
mengaitkan gugus fungsi senyawa yang bersangkutan dengan gugus fungsi senyawa
lain yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur suatu
senyawa akhirnya didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan dari suatu
senyawa yang diketahui strukturnya.
Monoterpenoid merupakan komponen utama banyak minyak atsiri dan mempunyai
makna ekonomi besar sebagai bau-rasa, wewangian dan pelarut. Monoterpenoid khas
berupa cairan tak berwarna, tidak larut dalam air, dapat disuling uap dan
berbau harum. Contoh monoterpenoid lain seperti mirsena, lavandol, geranial,
keton artemisia, perinia, α-felandrena, pulegon, menton, mentofuran, mentol,
1,8 sinesol, eukarvon, kripton, safranal, nepelakton, askaridol dan lain-lain.
2. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid (C15) yang
dibangun oleh 3 unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik
dengan kerangka dasar naftalen. Anggota seskuiterpenoid asiklik yang terpenting
ialah farnesol, nerolidol, alcohol yang tersebar luas (Robinson, 1991) :
Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktivitas yang cukup besar,
diantaranya adalah sebagai antifeedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan
toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis. Senyawa-senyawa
seskuiterpen diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans farnesil
pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya dan kedua senyawa
antara ini merupakan kunci dalam biosintesis terpenoid.
Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme
yang sama seperti isomerisasi abtara geranil dan nerol.
Seskuiterpenoid adalah senyawa C15 biasanya dianggap berasal dar i tiga
satuan isoprena. Seperti monoterpenoid, seskuiterpenoid terdapat sebagai
komponen minyak atsiri yang tersuling uap dan berperan penting dalam aroma
kepada buah dan bunga. Kegunaan kaidah isoprena secara umum dan kadang-kadang
kekecualian yang disebutkan terdahulu berlaku juga untuk golongan ini. Anggota
seskuiterpenoid asiklik ialah farnesol dengan alkohol yang tersebar luas.
Farnesol pirofosfat merupakan senyawa antara kunci dalam biosintesis terpenoid.
Sebagian besar seskuiterpenoid monosiklik mempunyai kerangka farnesol yang
tertutup membentuk cincin anggota 6. Contoh seskuiterpenoid yaitu γ-bisabolena,
zingiberena, lanseol, ar-turmeron, perezon dan asam (S)-absisat.
Salah satu seskuiterpenoid monosiklik terpenting adalah asam absisat,
hormon yang melawan efek giberelin dan menghambat pertumbuhan kuncup. Sejumlah
senyawa C13 berasal dari seskuiterpenoid telah diketahui penyebabnya bermakna
bau-rasa buah. Banyak senyawa seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek
fisiologi terhadap hewan dan tumbuhan. Sementara beberapa senyawa
seskuiterpenoid ada yang mengandung gugus fungsi lakton yang beracun yang
merupakan kandungan tumbuhan obat. Senyawa lain bekerja sebagai penolak
serangga dan insektisida, bebeapa merangsang pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja
sebagai fungisida.
Selain gugus fungsi lakton juga terdapat dua gugus aldehida yang dipisahkan
oleh 2 atom karbon. Gugus dialdehida ini menyebabkan beberapa tumbuhan pedas
dan juga aktif sebagai penolak serangga.
Contoh seskuiterpenoid monosiklik biasa adalah farnesol, Asam absisat,
humulen, zerumbon, elemol dan nootkatin. Seskuiterpenoid bisiklik seperti
α-kadinena, guaiol, β-selinena, eudesmol, santonin, kesil alkohol, vetivon dan
artabsin. Seskuiterpenoid tidak biasa seperti iresin, karyofilena, eremofilon,
akoron, sedrol, kuparena, tujopsena.
3. Diterpenoid
Menurut J.B Harbone (1987) Senyawa diterpenoid
merupakan senyawa yang beraneka ragam yang mempunyai kerangka karbon C20 yang
berasal dari 4 unit isopren. Barangkali, satu-satunya diterpenoid yang tersebar
di semesta ialah senyawa induk asiklik dari deret senyawa tersebut, yaitu
fitol.
Senyawa ini mempunyai bioaktivitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon
pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant
serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen.
Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan
tetrasiklik dan tatanama yang digunakan lebih banyak adalah nama trivial (Lenny,2006).
Karena titik didihnya yang tinggi biasanya diterpenoid tidak ditemukan
dalam minyak atisri tumbuhan meskipun diterpenoid bertitik didih rendah pun.
Senyawa ini ditemukan dalam damar, eksudat berupa gom dan dalam fraksi bertitik
didih tinggi seperti damar yang tersisa setelah penyulingan minyak atsiri.
Misalnya, rosin yang tersisa setelah penyulingan terpentin pinus kaya akan
diterpenoid.
Diterpenoid mencakup beberapa senyawa dari segi fisiologi sangat menarik
seperti golongan hormon tumbuhan yang dikenal sebagai giberelin. Seperti
seskuiterpenoid, diterpenoid mencakup banyak senyawa yang bekerja sebagai
fungisida, racun terhadap hewan, penolak serangga dan sebagainya. Senyawa ini
dapat bersifat karsinogen.
Beberapa senyawa ini mempunyai efek racun atau efek penolakan terhadap
serangga sementara senyawa lainnya menarik serangga. Beberapa senyawa mempunyai
aktivitas antivirus, sebagai fungisida dan pembentukannya disulut oleh infeksi
fungus. Satu senyawa dari kemangi mempunyai aktivitas hormon remaja. Forskolin
dari Coleus forskohli merupakan pengaktif khas adenilat siklase. Partenolida
dari parthenum tanacetum berguna untuk mengobati migrain karena menghambat
pelepasan serotonin.
Contoh senyawa diterpenoid adalah fitol, asam giberelat, α-kamforena, (-)-kaurena,
asam dekstro-pimarat, marubin, asam abietat.
4. Triterpenoid dan Steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya
berasal dari enam satuan (unit) isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena.
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih dari 40
jenis kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses
siklisasi dari skualen. Senyawa ini berupa senyawa tak berwarna, berbentuk
kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik (Harbone, 1987).
Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan
siklik 5 atau berupaka 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik
tertentu. Sedangkan penamaan lebih disederhanakan dengan memberikan penomoran
pada tiap atom karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan substituen pada
masing-masing atom karbon. Struktur terpenoida yang bermacam ragam itu timbul
sebagai akibat dari reaksi-reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi,
oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil-, farnesil- dan geranil-geranil
pirofosfat.
Triterpenoid tersebar luas dalam damar, gabus dan kutin tumbuhan. Damar
adalah asam triterpenoid yang sering bersama-sama dengan gom polisakarida dalam
damar gom. Triterpenoid alkohol juga terdapat bebas dan sebagai glikosida.
Triterpenoid asiklik yang penting hanya hidrokarbon skualena yang diisolasi
untuk pertama kali dari minyak hati ikan hiu tetapi juga ditemukan dalam
beberapa malam epikutikula dan minyak nabati (minyak zaitun). Senyawa
triterpenoid yang paling dikenal seperti lanosterol yang terdapat dalam lemak
wol, khamir dan beberapa senyawa tumbuhan tinggi. Triterpenoid tetrasiklik
seperti alkohol eufol dari euphorbia sp dan asam elemi dari canarium commune.
Triterpenoid yang terpenting ialah triterpenoid pentasiklik. Senyawa ini
ditemukan
dalam tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi yang paling umum adalah pada
tumbuhan berbiji, bebas dan glikosida. Triterpenoid nonglikosida sering
ditemukan sebagai ekskresi dan dalam kutikula bekerja sebagai pelindung atau
menimbulkan ketahanan terhadap air.
Beberapa macam aktivitas fisiologi dari triterpenoid yang merupakan
komponen aktif dari tumbuhan telah digunakan sebagai tumbuhan obat untk
penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan
hati dan malaria.
Turunan dari skualena adalah steroid yang kerangka dasarnya mempunyai empat
cincin sebagai berikut:
Triterpenoid mempunyai rasa yang sangat pahit terutama terdapat dalam
tumbuhan Rutaceae, Meliceae dan Simaroubeaceae seperti limonin dalam buah jeruk
(digolongkan juga alkaloid karena rasa pahitnya) dan kukurbitasin D dalam
tumbuhan Cucurbitaceae dan diosgonin. Dalam bentuk getah triterpenoid terdapat
dalam tumbuhan Euphorbia dan Havea.
Steroid pada umumnya adalah merupakan hormone (zat pemacu) seperti pada
empedu dan reproduksi hewan dan manusia. Belakangan dikethui banyak juga
tumbuhan yang mengandung steroid sperti Aramanthus alfalfa, Medicago sativa dan
akar Polygala senega. Pada umumnya steroid mengandung gugus fungsional alkena
dan alcohol dengan beberapa contoh berikut ini :
Beberapa steroid lain adalah hormone reproduksi manusia yaitu testoteron
(hormone laki – laki), ergosteron (hormone wanita), fukosteron, estron dan
ekdisteron. Oleandrin adalah salah satu steroiod yang terikat dengan glukosida.
Karena strukturnya juga amfifilik yaitu terdiri dari bagian polar (hidrofilik =
OH) dan bagian hidrofobik (hidrokarbon), maka steroid digolongkan juga sebagai
lipida.
5. Tetraterpenoid
Tetraterpenoid yang paling dikenal adalah
karotenoid-pigmen larut dalam lemak berwarna kuning sampai merah terdapat pada
semua tumbuhan dan dalam lemak berbagai jenis jaringan. Pigmen hidrokarbon
disebut karoten dan turunannya yang teroksigenasi disebut xantofil. Dikenal
juga tetraterpenoid tanwarna yaitu fitoena dan fitofluena.
Karotenoid sebagai reseptor cahaya untuk fototropisme. Sebagai pigmen bunga
karotenoid mungkin berperan dalam menarik serangga tetapi sebagian besar
perhatian dicurahkan pada fungsinya sebagai pigmen daun. Senyawa ini terdapat
pada kloroplas dan terikat secara longgar pada protein.Karotenoid yang paling
tersebar luas adalah β- karoten.
6. Terpenoid
Campur
Terpenoid campur adalah aneka golongan senyawa yang
tampaknya terbentuk terutama dari satuan isoprena tetapi mengandung atom karbon
tambahan atau jumlah atomnya kurang dari seharusnya. Kelompok paling umum dari
golongan ini adalah furan alam.
7.
Hemiterpenoid, contohnya prenol, asam isovalerat.
Isoprena terdapat langka dalam tumbuhan tetapi memang
terdapat dalam dedaunan. Contoh lain dari hemiterpenoid ini adalah
iso-amilalkohol, iso valeraldelhida, asam senesioat, asam tiglat, asam angelat
dan asam β-furoat
Berikut contoh monoterpen yaitu pinene, nerol, citral, camphor, menthol,
limonene. Contoh dari sesquiterpenes adalah: nerolidol, farnesol. Contoh dari
diterpenes adalah phytol, vitamin A1. Squalene adalah contoh dari sebuah
triterpene, and carotene (provitamin A1) adalah sebuah tetraterpene.
4.) Salah satu bioaktivitas
terpenoid berhubungan dengan hormone laki-laki dan perempuan, jelaskan gugus fungsi
yang mungkin berperan sebagai hormone baik pada testosterone dan estrogen.
Misalnya pada hormone testosterone itu yang
paling aktif??
JAWAB
:
Steroid adalah lipid yang
berasal dari kolesterol. Testosteron
adalah hormon seks laki-laki. Estradiol, mirip
dengan struktur testosteron, bertanggung
jawab untuk banyak karakteristik seks perempuan. Hormon steroid yang disekresikan oleh gonad,
adrenal korteks, dan
plasenta.
Golongan saponin ( Protodioscin , Furostanol)
Glikosida, Flavoid,Resin, Tannin,sterol dan minyak essensial. Sebagai bahan
aktif “PROTODIOSCIN“ serupa DHEA (Dihidroepiandrosteron) sebagai bahan dasar
hormon sexual (Testosteron & Estrogen)
Dehidroepiandrosteron Sulfat (Dehydroepiandrosterone
Sulphate /DHEA) adalah zat yang dibuat di tubuh manusia dan disekresikan
oleh kelenjar adrenal. DHEA
berfungsi sebagai prekursor hormon seks
pria dan wanita (androgen dan estrogen).
Tingkat DHEA dalam tubuh mulai menurun setelah usia 30, dan dilaporkan rendah
pada beberapa orang dengan anoreksia, stadium akhir penyakit ginjal,
diabetes tipe 2 (non-insuline dependent diabetes),
AIDS, insufisiensi
adrenal, dan dalam sakit kritis. Tingkat DHEA juga dapat menurun oleh sejumlah
obat-obatan, termasuk insulin, kortikosteroid, opiat, dan danazol.
Dehidroepiandrosteron
merupakan steroid endogenus yang disekresi oleh kelenjar adrenal sebagai
prekursor dari hormon androgen dan estrogen, dan memiliki efek neurosteroid.
Pengaruh hormon itulah, kaum pria bersuara rendah, berotot gempal, dan
tumbuh kumis. Testosteron penting untuk kesehatan, baik untuk jantan maupun
betina. Fungsinya antara lain meningkatkan libido, energi, fungsi imun, dan
perlindungan. Selain meningkatkan kadar testosteron hingga 125%, dosis 50 mg
purwoceng juga mendongkrak hormon luteinizing hingga 29,2%.
Luteinizing merupakan hormon yang diproduksi hipofisis anterior di otak.
Perannya merangsang sel-sel dalam testis untuk memproduksi hormon testosteron.
“Itu berarti purwoceng memberikan efek langsung dan tidak langsung sebagai
afrodisiak,” kata Taufik. Secara tak langsung berarti tanaman famili Apiaceae
itu menjaga kaum pria awet muda sekaligus bervitalitas tinggi, itulah idaman
para pria.
Gambar 1. Struktur Steroid
Perbedaan jenis steroid ditentukan subtituen R1, R2, dan R3®
Perbedaan dalam satu kelompok tergantung juga pada :®
♣ Panjang subtituen R1
♣ Gugus fungsi subtituen R1, R2, dan R3
♣ Jumlah dan posisi ikatan rangkap
♣ Jumlah dan posisi oksigen
♣ Konfigurasi pusat asimetris inti dasar
Umumnya, steroid
memiliki kelompok metil pada karbon C-10 dan C-13 dan rantai samping alkil pada
karbon C-17. Selanjutnya, mereka berbeda-beda berdasarkan konfigurasi dari
rantai samping, jumlah kelompok metil tambahan, dan kelompok-kelompok fungsional
yang melekat pada cincin. Misalnya, sterol memiliki gugus hidroksil yang
melekat pada posisi C-3.
Beberapa contoh steroid dengan struktur mereka :
Gambar 6. Suatu steroid anabolik testosteron , kepala sekolah laki-laki hormon seks
Gambar 7. Progesteron , hormon steroid yang terlibat dalam kehamilan menstruasi perempuan, siklus dan embriogenesis.
Beberapa contoh steroid dengan struktur mereka :
Gambar 6. Suatu steroid anabolik testosteron , kepala sekolah laki-laki hormon seks
Gambar 7. Progesteron , hormon steroid yang terlibat dalam kehamilan menstruasi perempuan, siklus dan embriogenesis.