Ativitas Antioksidan Flavonoid
Flavonoid adalah suatu
kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagian zat warna kuning yang
ditemukan pada tumbuhan. Flavonoid dalam
tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehinga sangat baik untuk
pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflasi, mencegah keropos
tulang, dan sebagai antibiotik (Waji dan Andis, 2009)
Menurut Middleton dan
Kandaswami (1994), flavonoid memegang peranan penting dalam biokimia dan
fisiologi tanaman, diantaranya berfungsi sebagai antioksidan, penghambat enzim,
dan prekursor bagi komponen toksik. Flavonoid pada tumbuhan berfungsi untuk
mengatur pertumbuhan, mengatur fotosintesis, mengatur kerja antimikroba dan antivirus,
dan mengatur kerja anti-serangga (Robinson, 1995). Menurut Johnson (2001),
flavonoid sangat efektif digunakan sebagai antioksidan. Senyawa flavonoid dapat
mencegah penyakit kardiovaskuler dengan menurunkan oksidasi Low Density Lipid (LDL). Choi et al. (1991) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menurunkan hiperlipidemia pada manusia.
Inisiasi : R* + AH RH + A*
Propagasi : ROO* + AH ROOH + A*
Gambar 2.
Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida (Gordon, 1990)
Salah satu cara yang untuk mengukur aktivitas antioksidan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH). DPPH
merupakan senyawa radikal bebas yang stabil sehingga apabila digunakan sebagai
pereaksi dalam uji penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan. Metode peredaman radikal bebas DPPH didasarkan pada reduksi dari larutan
metanol radikal bebas DPPH yang berwarna oleh penghambat radikal bebas.
Prinsip metode uji antioksidan DPPH
didasarkan pada reaksi penangkapan atom hidrogen oleh DPPH (reduksi DPPH) dari
senyawa antioksidan. Reagen DPPH berperan sebagai radikal bebas yang diredam
oleh senyawa antioksidan yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya DPPH akan
tereduksi menjadi senyawa diphenyl picryl hydrazine (DPPH-H). Reduksi DPPH menjadi DPPH-H menyebabkan perubahan warna pada reagen DPPH, dari ungu menjadi kuning(Lupea, et al. 2006).
Dari hasil suatu studi
ilmiah uji antioksidan ekstrak etil asetat biji teratai mentah yang mengandung
senyawa flavonoid dengan metode
DPPH free radical scavenging
activity menunjukkan nilai IC50 dari ekstrak etilasetat biji teratai mentah
adalah 671.6 mg/ml.
permasalahan :
BalasHapusselain dengan cara menggunakan metode 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH),
apakah bisa menggunakan cara atau solusi lain????..
Anti-virus
BalasHapusSenyawa flavonoid sebagai anti-virus mula-mula diketemukan pada senyawa quercetin yang berefek “propilaktik” apabila diberikan pada tikus putih yang terinfeksi intraserebral dengan berbagai lenis virus. Pengaruh antivirus apabila dikaitkan dengan strukturnya maka terlihat adanya korelasi di mana sifat antivirus terutama ditunjukkan oleh senyawa aglikon. Sebaliknya, senyawa isoflavon dalam bentuk ikatan o-glikosida tidak mempunyai efek antivirus (eg: rutin dan naringin).
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga terjadi melalui penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan pada translasi virion atau pembelahan dari poliprotein. Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit hepatitis-B. Sementara itu, berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih terus berlangsung.
Anti-allergi
Senyawa flavonoida khellin (dimethoxy-methyl-furano-chromone) yang terdapat pada tanaman Ammi visnaga, telah berhasil diformulasikan menjadi obat (FPL-670: disodium kromoglikat), antara lain untuk penyakit asma, rhinitis, konjunctivitis, dan gastro-intestinal.
Senyawa-senyawa flavonoid lainnya yang digunakan sebagai anti-allergi antara lain adalah terbukronil, proksikromil, dan senyawa kromon.
BalasHapusPengaruh pada Sistem Sirkulasi dan Penyakit Jantung Koroner
Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran darah dan penyakit jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti pada aspek yang berlainan. Isoflavon dan poli-metoksiflavone yang diekstrak dari tanaman Leguminosa Milletha riticalata dan Baishinia champiomi yang terikat pada protein, mempunyai sifat menghambat agregasi platelet (keping-keping sel darah), dilatan koroner, dan menghambat introphy otot jantung (cardio trophyc) sehingga dapat memperlancar sistem sirkulasi darah.
Efek antihemolisis (pecahnya sel-sel darah merah) dari ekstrak tempe naik berbanding lurus dengan waktu inkubasi. Hasil ekstraksi tersebut, setelah dikristalisasi dan diidentifikasi, ternyata mempunyai struktur 6, 7, 4′-trihidroksi isoflavon (Faktor-II) dengan daya antihemolisis setaraf dengan vitamin E dalam percobaannya pada darah yang tanpa atau telah diinduksi lebih dulu dengan asam dialurat.
Di samping aktivitas tersebut, senyawa flavon mempunyai aktivitas vasodilator yang telah dijual dalam bentuk obat, yaitu Crataegut (Schwabe) dan Cratylene (Madaus) yang diekstrak dari tanaman Citaegus oxycantha. Obat lain yang berpotensi pula untuk melancarkan sirkulasi darah yaitu Tebonin (Schwabe) yang diekstrak dari tanaman Ginko biloba.
Studi di Universitas Yale menunjukkan bahwa pasien penderita (Osler-Weber-Rendu atau OWR) dengan diet kedelai hampir dapat menghentikan perdarahan hidung. OWR adalah penyakit keturunan dimana pasien menderita perdarahan hidung pada periode tertentu karena mutasi genetik yang menyebabkan kerusakan protein yang berfungsi sebagai signal terhadap hormon TGF-ß (transforming growth factor-betha). Penghentian perdarahan ini dapat diteranngkan melalui fungsi isoflavon sebagai interface dengan TGF-ß.
Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif sebagai antioksidan, yaitu 6,74′ tri hidroksi isoflavan, terbukti berpotensi sebagai anti-kontriksi pembuluh darah (konsentrasi 5 µg/ml) dan juga berpotensi menghambat pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan demikian, isoflavon dapat mengurangi terjadinya arteriosclerosis pada pembuluh darah.
Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan risiko CVD (cardio vascular desease) banyak dihubungakan dengan sifat hipolipidemik dan hipokholesteremik senyawa isoflavon.
Aktivitas fisiologis senyawa isoflavon telah banyak diteliti dan ternyata menunjukkan bahwa berbagai aktivitas berkaitan dengan struktur senyawanya. Aktivitas suatu senyawa ditentukan pula oleh gugus-gugus yang terdapat dalam struktur tersebut. Dengan demikian, dengan cara derivatisasi secara kimia dan secara biologis, dapat dibentuk senyawa-senyawa aktif yang diinginkan. Aktivitas antioksidan ditentukan oleh bentuk struktur bebas (aglikon) dari senyawa. Aktivitas tersebut ditentukan oleh gugus -OH ganda, terutama dengan gugus C=0 pada posisi C-3 dengan gugus -OH pada posisi C-2 atau pada posisi C-5. Hasil transformasi isoflavon selama fermentasi tempe daidzein, genistein, glisitein, dan Faktor-II, ternyata memenuhi kriteria tersebut. Sistem gugus fungsi demikian memungkinkan terbentuknya kompleks dengan logam.
BalasHapusAktivitas estrogenik isoflavon ternyata terkait dengan struktur kimianya yang mirip dengan stilbestrol, yang biasa digunakan sebagai obat estrogenik. Bahkan, senyawa isoflavon mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dari stilbestrol. Daidzein merupakan senyawa isoflavon yang aktivitas estrogenik-nya lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa isoflavon lainnya.
Aktivitas antiinflamasi ditunjukkan oleh gugus C=0 pada posisi C-3 dan gugus -OH pada posisi C-5 yang dapat membenluk kompleks dengan logam besi, seperti quersetin. Sedang aktivitas anti-ulser ditunjukkan oleh struktur gugus -OH yang bersebelahan, seperti pada mirisetin.
Senyawa formononitin dan gliseolin berpotensi untuk membunuh kapang patogen sehingga berpotensi sebagai senyawa pestisida (biopestisida). Di atas disebutkan bahwa senyawa isoflavonoida banyak mempunyai aktivitas biologis. Mekanisme aktivitas senyawa ini dapat dipandang sebagai fungsi “alat komunikasi” (molecular messenger) dalam proses interaksi antar sel yang selanjutnya mempengaruhi proses metabolisma sel atau makhluk hidup yang bersangkutan. Dalam hal ini, dapat secara negatif (menghambat) maupun secara positif (menstimulasi). Fungsi isoflavon sebagai pengendali pertumbuhan (hormonal) seperti genistein dan daidzein yang juga mempunyai sifat estrogenik. Proteksi terhadap makhluk patogen yang berpotensi untuk membunuh kapang patogen ditunjukkan oleh senyawa formononitin dan gliseolin.