Senin, 06 Januari 2014

Isolasi / pemurnian Steroid



Isolasi Senyawa Steroid

Teripang atau dikenal dengan nama timun laut termasuk dalam kelas Holothuridae. Bentuk badanya bulat, memanjang seperti silinder atau memanjang agak memipih dengan mulut dan anus terletak pada ujung yang berlawanan (Sudrajat, 2002).
Steroid teripang termasuk di dalamnya saponin, sterol bebas dan sterol yang berikatan (triterpen glukosida). Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa senyawa tersebut pada teripang mempunyai aktifitas antitoksik, antibakteri pada teripang Cucumaria frondosa, antijamur pada teripang Psolus patagonicus, anti tumor dan mempunyai aktivitas anti inflamasi.
CARA ISOLASI
Secara garis besar, isolasi senyawa steroid dari teripang terdiri dari dua tahap yakni mengekstraksi bagian lemak pada teripang, kemudian dilanjutkan dengan mengekstraksi senyawa steroidnya. Berikut merupakan salah satu penelitian yang dilakukan Sarifah Nurjanah, dkk (2009) untuk mengidentifikasi steroid teripang pasir (Holothuria scabra) yang ada di Indonesia.
a. Prosedur
Ekstraksi steroid teripang dilakukan dengan dua tahap, yaitu ekstraksi lemak kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi steroid. Ekstraksi lemak dilakukan dengan pelarut aseton dengan cara maserasi, selanjutnya dilakukan proses penyabunan dengan menggunakan larutan KOH 1 M dan dilakukan refluks pada suhu 70C selama 1 jam. Steroid diekstrak dengan menggunakan pelarut dietil eter.
b. ldentifikasi senyawa steroid
Identifikasi keberadaan senyawa steroid pada teripang dilakukan dengan reaksi warna menggunakan pereaksi liebermann burchard yang terdiri dari kloroform, asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat.
c. Karakterisasi senyawa steroid
Karakterisasi senyawa steroid teripang dilakukan dengan melihat bobot molekul dan struktur molekul menggunakan liquid chromatography-mass spectroscopy (LC-MS), nuclear magnetic resonance (NMR) dan fourier transform-infra red (FT-IR). LC-MS yang digunakan adalah Mariner Biospectrometry/ Perkin Elmer Series 200 dengan sistem ESI (Electrospray Ionisation), pelarut metanol dan air dengan perbandingan 8:2 (metanol:air) dengan menggunakan kolom C18 (RP 18) Vydac. FT-IR yang digunakan adalah IR Prestige-21 FT-IR Shimadzu dengan metode diffuse reflectance (DRS). Pengukuran spektra 1H NMR dan 13C NMR menggunakan NMR JNM-ECA 500 dengan pelarut CDCl3 (kloroform-D) dan TMS (tetramethylsylane) sebagai standar internal. Penentuan senyawa dan struktur  molekul dilakukan dengan bantuan software DNP Chapman and Hall dan ChemOffice 2006.

Dari hasil isolasi tersebut, diperoleh 4 senyawa bioaktif yang merupakan steroid dominan yang ditemukan dalam jenis Holothuria scabra atau teripang pasir, khususnya di perairan Bengkulu. Senyawa steroid tersebut yaitu :
1. 24-ethylidenecholest-25-en-ol. (Gambar a)
Mempunyai rumus molekul C29H48O. Senyawa ini juga ditemukan pada Bathyplotes natans (teripang) dan juga terisolasi dari koral Sinularia gyrosa
2. Lanost-9(11)-en-3-ol. (Gambar b)
Mempunyai rumus molekul C30H52O. dikenal juga dengan sebutan Dihydroparkeol yang mempunyai efek mencegah reaksi inflamasi, infeksi bakteri, arterosklerosis, dan juga kanker.
3. Cholestane-3,4,6,15,24-pentol atau 28-O-(4-O-Methyl-D-xylopyranoside).(Gambar c)
Atau certonardoside H2 ini mempunyai rumus molekul C34H60O9. Senyawa ini merupakan suatu senyawa saponin, yaitu steroid yang berikatan dengan monosakarida atau disakarida. Pada senyawa ini monosakarida yang terikat adalah xylosa, senyawa ini mempunyai aktivitas sitotoksik. Senyawa certonardoside H2 ini juga ditemukan pada bintang laut Certonardoa semiregularis.
4. 24-O-[2,4-Di-O-methyl-D-xylopyranosyl-(12)-d-xylofurinoside]. (Gambar d)
Atau disebut juga certonardoside H1 atau culcitoside ini, mempunyai rumus molekul C39H68O13. Merupakan suatu senyawa saponin, di mana pada senyawa tersebut terikat disakarida yang terdiri dari xylosa dalam bentuk furanosa dan piranosa. Culcitoside juga ditemukan pada bintang laut jenis Certonardoa semiregularis. Senyawa ini mempunyai aktivitas sitotoksik.
Dari keempat senyawa tersebut, seluruhnya merupakan steroid teripang yang terdiri atas saponin, sterol bebas, dan sterol yang berikatan dengan triterpen glikosida pada posisi atom C nomor 20. Glikosida triterpen merupakan karakteristik dari senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh teripang. Mayoritas glikosida triterpennya merupakan type holosstane (derivat dari lanostane dengan 18(20)-lactone). Gugus gula yang terikat pada steroid teripang dapat berupa xylose, glucose, quinovose, 3-O-methylglucose, atau 3-O-methyl-xylose.
Saponin pada beberapa biota laut dilaporkan sebagai komponen antifungal dan mempunyai aktivitas mikrobial, anti tumor dan mempunyai aktivitas anti inflamasi.
Pada beberapa senyawa steroid teripang di atas juga dapat dijumpai pada spesies lain. Hal ini mungkin disebabkan adanya proses simbiosis yang terjadi pada organisme laut, yang hingga saat ini masih sukar dirunut untuk mengetahui organisme penghasil yang sesungguhnya. Meski senyawa tersebut dapat dijumpai pula dibeberapa spesies lain, tetapi kadar yang diperoleh akan mengalami perbedaan. Adanya perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tempat habitat yang akan menyebabkan perbedaan kandungan steroid. Ketersediaan makanan pada suatu tempat yang berbeda, perbedaan iklim dan lingkungan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh teripang, sehingga akan mempengaruhi jenis produksi steroidnya.

3 komentar:

  1. permasalahan:
    Isolasi senyawa steroid dari teripang terdiri dari dua tahap yakni mengekstraksi bagian lemak pada teripang, kemudian dilanjutkan dengan mengekstraksi senyawa steroidnya. Proses ekstraksi lemak dilakukan dengan pelarut aseton dengan cara maserasi, selanjutnya dilakukan proses penyabunan dengan menggunakan larutan KOH 1 M dan dilakukan refluks pada suhu 70⁰C selama 1 jam.
    Bagaimana pengaruh penyabunan dengan penggunaan KOH 1 M pada hasil senyawa tersebut. Setelah di lakukan maserasi mengapa harus dilakukan refluks pada suhu 70⁰C selama satu jam?

    BalasHapus
  2. menurut saya:
    proses penyabunan bertujuan untuk membuat senyawa alkanoid menjadi garam bebas,lalu dilarutkan pada pelarut organik seperti klorofrom . Yang masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemak-lemak Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya.

    http://qiqi-marizha.blogspot.com/2012/05/makalah-alkaloid.html

    BalasHapus
  3. Pengaruhnya agar mendapatkan hasil ekstrat yang lebih baik.
    Proses penyabunan dengan menggunakan
    larutan KOH 1 M dan dilakukan refluks pada suhu 70oC selama 1 jam. Aquades
    dimasukkan ke dalam larutan setelah refluks dan dilakukan pendinginan. Sesudah
    penyabunan, bahan yang tersabunkan selanjutnya diekstrak dengan menggunakan
    pelarut dietil eter.
    Bahan yang sudah ditambahkan dietil eter dalam tabung pemisah dikocok,
    diendapkan kemudian dilakukan pemisahan, supernatan dipisahkan (1) dan
    presipitan ditampung dalam tabung pemisah serta dilakukan ektraksi lagi dengan
    menggunakan dietil eter. Ekstraksi dengan dietil eter dilakukan sebanyak dua kali
    lagi sehingga didapatkan supernatan (2) dan (3).
    Supernatan (1), (2) dan (3) disatukan dalam tabung pemisah untuk dilakukan
    pencucian sebanyak 3 kali dengan menggunakan aquades, selanjutnya presipitan
    dipisah.

    elibisis.perpustakaan.ipb.ac.id/fullteks%5Cdisertasi%5C200.

    BalasHapus